Jumat, 05 Oktober 2012

INDUSTRI

BAB I
PENDAHULUAN
Proses industrialisasi secara teknis mutlak harus memiliki tiga dimensi, yaitu bahan mentah, pabrik dengan segala perangkatnya, dan pangsa pasar. Dengan berorientasi ketiga dimensi tersebut maka dibutuhkan lokasi industri untuk mengkorelasikan ketiganya. Suatu perindustrian berhasil apabila dapat menyeimbangkan ketiga dimensi tersebut dengan lokasi indutri. Itulah sebabnya mengapa para pakar memikirkan/membuat teori lokasi industri.
Adanya persaingan dalam dunia industri mengakibatkan faktor-faktor lokasi dapat mejadi hal yang penting. Pemilihan lokasi berarti menghindari sebanyak mungkin seluruh segi-segi negatif dan mendapatkan lokasi dengan palin banyak faktor positif. Penentuan lokasi yang tepat akan meminimumkan beban biaya (investasi dan operasional) jangka pendekmaupun jangka panjang, dan ini akan meningkatkan daya saing perusahaan.
Dewasa ini, dibutuhkan suatu kejelian dalam menentukan lokasi industri supaya dapat meminimalkan ketimpangan teknis selanjutnya. Tidak jarang terjadi adanya perusahaan membuat kesalahan-kesalahan dalam pemilihan lokasi dan tempat fasilitas-fasilitas produksinya. Sebagai contohnya yang pertama, suatu perusahaan memilih lokasi dimana tenaga kerja sulit didapat. Enam bulan setelah ditempati perusahaan menghadapi masalah tenaga kerja. Kedua, perusahaan lain membeli tanah untuk lokasi pabriknya sangat murah, tetapi kemudian disadari kondisi tanahnya sangat jelek sehingga perusahaan harus mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk membangun pondasinya. Ketiga, perusahaan memilih belokasi dikawasan industri jauh diluar kota, padahal produk perusahaan harus cepat sampai ketangan konsumen, maka perusahaan harus cepat sampai ketangan konsumen, maka perusahaan harus harus membayar biaya distribusi yang sangat besar. Keempat, lokasi suatu perusahaan tidak memungkinkan pembuangan limbahnya, masyarakat menuntut perusahaan pinah dan sebagainya.
Tanpa perencenaan lokasi yang tepat, perusahaan dapat tergelincir kedalam perangkap-perangkap tersebut. Akibatnya perusahaan akan beroperasi dengan tidak efisien dan efektif. Oleh karena itu perusahaan-perusahaan perlu lebih berhati-hati dan melakukan analisa-analisa lebih baik, agar kesalahan-kesalahan yang mungkin dibuat dapat diperkecil atau bahkan dihilangakan sama sekali.
Faktor-faktor penting yang dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi masing-masing perusahaan adalah berbeda-beda. Alasan utama terjadinya perbedaan dalam pemilihan lokasi adalah adanya perbedaan kebutuhan masing-masing perusahaan. Lokasi yang baik adalah suatu persoalan individual. Hal ini sering disebut pendekatan situasional atau contigency utuk pembuatan keputusan bila dinyatakan secara sederhana, semuanya begantung.



BAB II
PEMBAHASAN
Dengan memperhatikan pendahuluan diatas, maka dapatlah dibuat strukturisasi penentuan lokasi industri sebagai berikut.
a. Penentuan Lokasi Industri
1. Dekat dengan bahan baku: jika industri tersebut menggunakan bahan baku yang cepat rusak atau volumenyan besar dan bobotnya berat. Seperti hasil pertanian dan bahan galian.
2. Dekat dengan tenaga kerja: jika industri tersebut bersifat padat karya atau membuthkan tenaga kerja, misanya industri rokok, batik, gramen, dll.
3. Dekat dengan sumber tenaga: jika industri memproduksi barang-barang yang relatif capat berubah, misalnya, pakain, sepatu, dan tas
4. Berdasarkan biaya angkutan: industri harus didirikan didaerah yang lancar transportasinya agar mudah memasarkan hasil produksi dan mendatangkan bahan baku.
5. Berorientasi pada modal.
6. Industri yang tidak berorientasi pada hal-hal yang diatas (foot lose idustry)
Tujuan penentuan lokasi industri adalah memperbesar keuntungan dan menekan biaya industri sehingga seorang pengusaha dalam menentukan lokasi industri hal-hal yang perlu dilakukan adalah antara lain:
1. Tenaga kerja
2. Pemasaran
3. Biaya transportasi murah
4. Harga tanah
Ada dua faktor yang mempengaruhi lokasi industi:
1. Faktor pokok
a. Bahan mentah
b. Modal
c. Tenaga kerja
d. Transportasi
e. Sumber energi
f. Pemasaran

2. Faktor tambahan:
a. Perundang-undangan
b. Iklim
c. Perpajakan
d. Persediaan air

b. Teori Lokasi
Teori lokasi adalah suatu teori yang dikembangkan untuk melihat atau memperhitungkan pola lokasi kegiatan-kegiatan ekonomi, termasuk kegiatan industri dengan cara konsisten dan logis.

c. Lokasi Dalam Ruang
Lokasi dalam ruang dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Lokasi absolut, maksudnya adalah lokasi yang berhubungan dengan posisi garis lintang dan garis bujur.
2. Lokasi relatif, maksudnya adalah lokasi suatu wilayah terhadap kondisi-kondisi wilayah lain yang ada disekitarnya.

d. Jenis Teori Lokasi
Jenis teori lokasi dibagi menjadi 5 (lima) bagian, antara lain:
1. Teori susut dan ongkos transport (theory of weight loss and transport cost)
Teori ini dikemukakan oleh Alferd Weber dalam tulisannya berjudul: “About the Location of Industry”. Isinya: “Bahwa penentuan lokasi industri harus dipilih ditempat-tempat yang risiko biaya atau ongkosnya paling minimal.”
Menurut Weber untuk menentukan lokasi suau pabrik dipengaruhi 3 faktor yaitu:
a. Bahan mentah (material)
b. Konsumen
c. Tenaga kerja
Untuk menentukan apakah lokasi lebih dekat ke lokasi bahan baku atau pasar, Alferd Weber menggunakan istilah Indeks Material (IM) atau material indeks, dengan rumus:
IM= BOBOT BAHAN BAKU / BOBOT BAHAN AKHIR


Apabila ideks material (IM) lebih besar daripada satu, maka lokasi industri cenderung ditempatkan mendekati bahan mentah (bahan baku). Apabila IM lebih kecil daripada satu, maka lokasi industri cenderung ditempatkan mendekti pasar.
2. Teori Tempat Sentral (TTS)
Dikemukakan oleh Walter Cristaller berdasarkan jenis pusat pelayanan hirarki tempat yang sentral dibedakan menjadi:
a. Tempat sentral yang berhiraki 3 (k=3)
Disebut juga kasus pasar optimum.
k=3 mempunyai pengaruh 1/3 bagian dari daerah sekitarnya yang berbentuk heksagonal (segienam).
b. Tempat sentral yang berhirarki 4 (k=4)
Disebut juga situasi lalu lintas 1/9 optimum atau prinsip transportasi. Situasi lalu lintas optimum, mempunyai pengaruh ½ bagian dari wilayah-wilayah sekitarnya dan berbentuk heksagonal.
c. Tempat sentral yang berhierarki 7 (k=7)
Disebut juga situasi administratif yang optimum, atau prinsip yang administratif. k=7 mempengaruhi seluruh bagian wilayah sekitarnya dan dapat berupa kota pusat pemerintahan.
Dua syarat dalam penerapan teori tempat sentral:
Ø Keadaan topografi wilayah relatif seragam
Ø Tingakat ekonomi penduduk relatif ekonomi
3. Teori Interaksi
Menurut teori ini, kekuatan hubungan ekonomi antara 2 tempat, dikaitkan dengan jumlah penduduk dan jarak antara tempat-tempat tersebut. Sehingga makin besar jumlah penduduk kedua tempat, makin besar interaksi ekonominya. Semakin jauh jarak kedua tempat maka interaksinya semakin kecil.

4. Teor Lokasi Losch
Dikemukakan oleh August Losch.
Dalam teori ini Losch menkritik teori yang dikemukakan oleh Weber antara lain:
a. Bahwa dalam teori weber dalam analisisnya mengabaikan perubahan permintaan.
b. Teori Weber tidak bersifat umum.
August Losch, berpendapat bahwa wilayah ekonomi sebagai wilayah yang homogen dalam artian sama dalam hal:
1. Sumber daya alam
2. Kemudahan transportasi
3. Penyebaran penduduk
4. Selera dan keinginan
5. Pengetahuan
6. Kesempatan ekonomi
Dalam analisisnya Losch menggunakan kurva permintaan.
5. Teori Lokasi Isard
Dikemukakan oleh Walter Isard.
Dalam teori iniIsard menggunakan konsep aglomerasi.
Klasifikasi faktor-faktor aglomerasi antara lain:
1. Faktor skala usaha
2. Faktor lokasi
3. Faktor urbanisasi

e. Aglomerasi Industri
Dalam menempatkan lokasi industri tentu akan dipilih tempat yang palng menguntungkan. Hal itu akan menimbulkan adanya aglomerasi industri, atau pengkonsentrasian industri pada suatu wilayah tertentu, misalnya ada yang ditempatkan di daerah bahan mentah, daerah pemasaran atau ditempat tenaga kerja.olehkaren itu aglomerasi industri akan terjadi jika:
a. Terdapat kerja sama dalam menghasilkan suatu produk
b. Ada kesamaan lokasi yang didasarkan pada faktor produksi
c. Terkonsentrasinya beberapa faktor produksi pada suatu lokasi
d. Adanya kebutuhan akan kelngkapan sarana dan prasaran
e. Adanya wilayah pusat pertumbuhan industri yang sesuai dengan RT, RW.
Berkaitan dengan aglomerasi industri ini, maka ada yang disebut kawasan industri dan kawasan berikat.




DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
1700 Bank Soal Geografi, Ringkasan dan Materi Geografi. Disusun oleh Gatot Hermanto, Penerbit Yrama Widya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar